Aku punya 3 orang temen,
masing-masing punya kebiasaannya sendiri, ada yang ngomongin cerita yang gak benernya, dia namanya Adhit. Ada
yang gatau mau cerita apa jadi dia hanya ketawa ketiwi aja mendengar cerita
dari yang lainnya, namanya Iqbal. Ya
walaupun kalau ditanya tentang IT, dia mungkin udah cukup ahli sih. Ada yang
selalu ngomongin hal yang gak jelas, hingga akhirnya berujung pada minta
software, yang ini namanya Berna. Kalo aku, orangnya simple, kalo cerita ga
banyak-banyak, tapi paling ganteng diantara mereka. Bukannya sombong, Cuma diantara
kami berempat akulah yang sering dikeal oleh siswa perempuan di sekolah.
Kami sering berkumpul disalah
satu kediaman dari kami berempat, walaupun paling sering berkumpul dikediamananku.
Siang itu, sepulang sekolah kami berkumpul dirumahku. Hanya, kadang karena
bosan dirummahku tidak ada hal yang menarik, terkadang kam berkummpul dirumah
Iqbal. Cukup dengan sepeda balap kami, kami pun menggerus aspal jalanan yang
panas. Kecuali Berna, dia satu-satunya diantara kami yang memakai sepeda motor.
Setiap kami bertemu, mungkin bisa
dibilang setiap hari kami bertemu, padahal bila diperhatikan, setiap kami
selesai berkumpul, pacar-pacar kami akan marah karena dicuekin atau
ditinggalin. Dan itulah yang membuat kami terus berkumpul setiap hari, untuk
bergalau bersama. Dan yang paliing lama menggalau adalah aku. Bukannya kenapa
ya, hal ini dikarenakan pacarku yang terlalu sayang terhadapku, sehingga dia begitu
khawatir aku berpaling darinya.
Jika sudah asyik berkumpul,
terkadang kami beradu skill dalam mengutak atik sikulit bundar di game konsol.
Tentu saja kami merental, karena diantara kami berempat tidak ada yang memiliki
konsol game tersebut. Namun, kini dua orang dari kami telah memlikinya dalam
laptop mereka. Yaitu, Iqbal dan Berna. Bagaimana dengan nasibku dan Adhit? Ya kami
hanya meminjam kepada mereka berdua saja.
Oke, terlepas dari itu, kami
selalu melakukan kegiatan yang sama setiap hari, hanya itu, itu dan itu saja
yang kami lakukan, anehnya kami tak pernah merasa bosan atau jenuh sama sekali.
Walaupun selalu sama, namun banyak insiden insiden yang terjadi, dari satu
orang ke orang yang lain. Seperti bermain ular tangga, hanya menunggu giliran
untuk jatuh saja.
Suatu hari, aku, Adhit, daan
Iqbal menuju rumah Berna, saat itu jam tanganku menunjukkan jam 10.30 WIB. Sesampainya
kami dirumah Berna, ternyata Berna masih nyenyak dalam tidurnya. Seperti
pembawa bencana, seketika itu juga kamar Berna pun luluh lantah. Kerusuhan
terjadi ketika kami datang. Ayahnya yang waktu itu ada dirumah, menyuruh kami
untuk membangunkannya.
Lebih mirip disebut saudara,
karena kami hampir setiap hari selalu bersama. Bahkan setiap kali bertemu,
tanpa perlu banyak perbincangan kami langsung menuju tempat perentalan game.
Tak ingin menunggu, dengan gokilnya, aku membawa joystick milik aku sendiri.
Bahkan penjaga rentalnya pun sudah akrab karena kami selalu bermain disana.
Karena kami telah menjalani Ujian
Nasional, maka tiap kami pulang sekolah kami pun langsung menuju tempat
perentalan game tersebut dengan keadaan masih mengenakan seragam. Saat itu kami
sudah merasa seperti burung yang lepas dari sangkarnya.
No comments:
Post a Comment